Menyimak Setahun Kepemimpinan VBL-YNS dalam pembangunan Nusa Tenggara Timur secara khusus bidang Kelautan dan Perikanan

Ketika ditanya salah satu wartawan media online tentang pandangan seputar satu tahun kepemimpinan VBL-Yoseph Naesoi khusus pembangunan dalam bidang kelautan dan perikanan...

inilah ulasan yang dapat saya bagikan..


Menyimak setahun kepemimpinan VBL-YNS dalam pembangunan Nusa Tenggara Timur secara khusus bidang kelautan dan perikanan patut kita berikan apresiasi terhadap keberanian dan ketegasan dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya dalam rangka pemenuhan kesejahteraan seluruh masyarakat NTT sesuai janji kampanyenya dengan tagline “NTT Bangkit dan Sejahtera”. Ini yang dapat dilihat dengan kebijakan penutupan sementara TNK selama 1 tahun untuk konservasi satwa Komodo dan ekosistemnya dalam rangka meningkatkan nilai wisata Komodo, ekspor langsung produk olahan rumput laut berupa ATC Chips sebanyak 25 ton ke Argentina, dan industri garam yang dapat mengurangi neraca impor garam nasional.

Keberhasilan pembangunan pada dasarnya diletakkan pada keberhasilan pembangunan yang sifatnya berkelanjutan (sustainability). Keberlanjutan ini harus dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Oleh karena itu, Keberlanjutan merupakan dasar dalam seluruh aspek pembangunan termasuk didalamnya pembangunan kelautan dan perikanan. Konsep keberlanjutan dalam pembangunan kelautan dan perikanan  sejauh ini menurut hemat saya sudah dipahami, namun dalam mengimplementasi, menganalisis serta mengevaluasi sering dihadapkan dengan masalah pengintegrasian data dan informasi dari seluruh komponen (secara holistik), baik dimensi lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan.

Karakteristik pembangunan kelautan dan perikanan yang kompleks, dinamis, dan probabilistik dapat diselesaikan dengan pendekatan “Sistem”. Pendekatan sistem dilakukan dengan pendekatan multidimensi dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan status keberlanjutan. Adapun atribut-atribut yang saling berkaitan dan mempengaruhi keberlanjutan masing-masing dimensi adalah sebagai berikut:

Pertama, dimensi lingkungan yang menjadi Pusat dari semua dimensi keberlanjutan.
  • Pemeliharaan ekosistem laut dari upaya pencemaran, pengrusakan terumbu karang dan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan (trawl, dsb)
  • Pemetaan kawasan konservasi di pesisir/pantai dan pemanfaatannya (kaitannya dengan dimensi lainnya harus menjadi ‘local wisdom’ salah satu contoh yang terjadi pada kehidupan suku Boti)

Kedua, dimensi ekonomi yang seharusnya menjadi Multiplier Impact dari keseluruhan dimensi keberlanjutan.
  • Peningkatan pendapatan nelayan
  • Value Added Product yang dapat dicapai dengan peningkatan produksi dan pengolahan hasil tangkapan (termasuk diversifikasi olahan) 

Ketiga, dimensi sosial dan budaya yang dititikberatkan pada “perubahan mindset” yang sinergis dengan revolusi mental dan peningkatan SDM berbasis SDA Provinsi NTT dari Agraris ke Maritim.
  • Untuk itu perlu kita ingat pernah ada ide yang cemerlang dan perlu dibumikan kembali dalam implementasi yang lebih baik yakni program gerakan masuk laut (GEMALA)
  • Untuk memantapkan peralihan mindset Agraris ke Maritim, maka perlu sosialisasi “Blue Economy” pada masyarakat
  •  Budaya Cinta Laut Bersih” dalam rangka penanganan sampah laut (marine debris) yang mendunia dan kita NTT harus menjadi contoh mumpung laut kita belum terkontaminasi
  • Sosialiasi Gemala dapat berlanjut secara terus-menerus melalui bidang Pendidikan seperti pendidikan dasar dan menengah melalui muatan lokal tentang Cinta Laut, sedangkan pendidikan tinggi untuk penguatan program dan keahlian
  • Pemberdayaan nelayan dalam pengetahuan dan ketrampilan

Keempat, dimensi infrastruktur dan teknologi dititikberatkan pada Revolusi Industri 4.0 sehingga perlu dilakukan penyesuaian pelaku kearah Society 5.0.
  • Peningkatan sarana dan prasarana para nelayan
  • Pelatihan masyarakat pesisir dalam rangka Home based Industry

Kelima, dimensi hukum dan kelembagaan menjadi Payung Interaksi antar pelaku dalam pengembangan pembangunan Kelautan dan Perikanan
  • Prosedur perijinan yang mudah
  • Peningkatan fungsi himpunan nelayan seluruh Indonesia (HNSI) secara efektif sebagai perpanjangan tangan nelayan ke pemerintah dan sebaliknya
  • Peraturan tentang wilayah operasional nelayan/zonasi daerah dan pusat (contoh kasus: Gubernur Maluku vs Menteri KKP)
  • Pembentukan koperasi nelayan dan pendampingan oleh tenaga koperasi yang profesional secara kontinu sampai koperasi nelayan dapat mandiri (dari, untuk dan oleh nelayan)
Atribut-atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan multidimensi sehingga Atribut-atribut ini perlu dilakukan perbaikan ke depan untuk meningkatkan status keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan NTT. Perbaikan yang dimaksudkan adalah meningkatkan kapasitas atribut yang mempunyai dampak positif terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan dan sebaliknya menekan sekecil mungkin atribut yang berpeluang menimbulkan dampak negatif atau menurunkan nilai indeks keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan.
Pada akhirnya, semua atribut yang telah diuraikan di atas pada masing-masing dimensi saling  terkait dan mempengaruhi satu dengan lainnya. Oleh karena itu, gerakan pembangunan kelautan dan perikanan NTT secara simultan dan berkelanjutan difokuskan pada pengintegrasian seluruh atribut tersebut diatas.

Dr. Chaterina Agusta Paulus, M.Si

link terkait:
  1. https://kupang.antaranews.com/berita/22598/pengamat-kelautan-dan-perikanan-puji-viktory-joss
  2. https://kupang.antaranews.com/berita/22604/viktory-joss-diminta-bumikan-program-gemala

Comments