SEMINAR NASIONAL ONLINE (WEBINAR) dengan tema:
"Kota dan Desa Berketahanan Masa Pandemi Covid-19: Klimatologi, Perencanaan Kota dan Desa, dan Social Engineering"
diselenggarakan oleh:
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pakuan pada Hari Rabu tanggal 6 Mei 2020 via Zoom Meeting Online
Selamat siang bpk ibu yg saya hormati,
terimakasih moderator sudah memberikan waktu kepada saya. Saya tidak bertanya, cuman saya hanya
memberikan pemikiran saja sedikit.
Ini karena Tema Webinar kita adalah Kota dan
Desa Berketahanan di Massa Pandemi Covid19. Bila berbicara KETAHANAN, artinya
kita sudah dalam posisi diserang. Tentunya diserang oleh virus, yang tidak
tampak oleh kasat mata.
Dampaknya sangat besar, ada kematian,
kehilangan lapangan kerja, kebangkrutan...ini menjadi masalah bagi ekonomi,
sosial, lingkungan, dan sebagainya.
Bukan kita manusia saja yg terkena dampak,
bahkan hewan2 di kebun binatangpun terkena dampaknya.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa
bertahan?
Saya banyak membaca hasil riset terkait covid
ini, banyak metode yang sudah dipakai, banyak asumsi yang digunakan dalam riset
tersebut... Tapi saya melihat, riset yang ada tidak
menjangkau sasaran yang mendasar yakni pada perilaku virus.. yang seharusnya dipahami dengan baik sehingga kita dapat beradaptasi untuk menghadapi virus tersebut seperti yang telah dilakukan sekarang.
Riset yang ada, lebih fokus kepada jumlah yang
sakit, jumlah yang mati, yang bergejala, dan yang tak bergejala. PADAHAL, bila
kita dalam kondisi berperang, kita harus mengenali.. siapa
lawan kita? bagaimana kemampuan kita? dan dimana medan tempur kita?
Berbicara mengenai "bagaimana
kemampuan kita dan dimana medan tempur?" itu sudah tidak usah kita bahas
panjang lebar lagilah.
Kita ini tidak semampu Jepang, ya Jepang itu
mampu menyiapkan setara Rp14jt/kepala Cuma untuk nyuruh diam dirumah,
kita ini jangankan disuruh berperang, disuruh
diam dirumah saja sudah kelaparan kita ini. MAKA,
satu-satunya cara utk "bertahan" menurut saya adalah mengenali
siapa musuh kita. Kita kenali apa itu Covid-19…, sehingga menurut
saya, apabila kita bisa mengenali apa itu Covid-19, maka kitalah yang menjadi
pemenangnya.
Fakta menunjukkan ya 96% org yg terkena virus
ini sembuh, tapi orang lebih takut covid-19 dibandingkan DBD..
Kita semua sudah tahu bagaimana menangani DBD,
karena kita tau apa itu DBD. Jadi, belajarlah dari itu, maka, sekali lagi,
apabila kita mengenal apa itu Covid19, maka kita bisa bertahan dan kitalah
pemenangnya.
Lebih dekat dengan Covid, virus ini hidup
bertahan di tubuh manusia. Kita semua tahu itu.. Hanya bisa masuk melalui mulut, hidung dan
mata...
Maka, cara satu2nya selain menemukan
antivirusnya …adalah menutup mulut dan hidung menggunakan masker, dan menjaga
tangan selalu tetap bersih, karena melalui tanganlah virus itu bisa masuk ke
mata.
Sekarang dunia ini terbalik. Dulu, ilmu
sains/ilmu pasti lah yang mengatur kehidupan sosial... Saat ini, ilmu sosial-lah yang mengatur ilmu
pasti...
Menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan,
ini merupakan perilaku yang dapat menghambat penyebaran virus tersebut. Perilaku tersebut harus dijadikan
"kebiasaan, harus dijadikan tradisi, dijadikan habit" di lingkungan
sosial manapun, baik di kota maupun desa.
Nah, bagaimana caranya?
Cara mensosialisasikan perilaku diatas tentu
disesuaikan dengan tingkat sosial masyarakatnya. Kan gak sama ya bicara dengan
orang kaya dan orang miskin, bicara dengan orang tua sama dengan orang
milenial.. kan berbeda caranya... dan ini tidak mudah juga tidak instan.. Contoh
yaa..
Dulu..… tingkat kematian terbesar adalah di
jalan raya. Kenapa?? Penyebabnya sepele, menyeberang jalan tidak
pada tempatnya...
Trus apa yg dilakukan aparat?...
Yang pertama, menyiapakan penyebrangan dan
menjamin aman bila nyeberang di sana... Yang kedua, memberikan denda yang besar bagi
siapa saja menyeberang sembarangan... Yang ketiga, memagar median jalan..
Ini artinya, HARUS membuat aturan sehingga
perilaku sosial masyarakat menjadi berubah.
MAKA,
kesimpulannya adalah, menurut saya ya…
Buatlah aturan yang ketat untuk merubah
perilaku sosial, sesuai kondisi desa atau kota.
Saran saya
sebagai bahan pendukung ketahanan Covid19 ini.....,
Yang pertama, dari sisi Edukasi… Jadikan
jaga jarak sebagai peraturan yang resmi agar terwujud disiplin antrean TIDAK
serobot, hal ini juga akan membentuk karakter tertib dalam segala hal.
Yang kedua, dari sisi Kesehatan... Kebiasaan
cuci tangan perlu menjadi kewajiban dalam kehidupan. Terbukti efektif kebiasaan
seperti ini, untuk Taiwan, Singapura dan Hong Kong.., banyak tersedia cairan
anti bakteri di jalan. Pemakaian masker juga biasa dilakukan, bahkan sebelum
wabah virus corona..
Yang ketiga, dari sisi Lingkungan Hidup…
buatlah tata ruang pemukiman yang memiliki sirkulasi udara yang baik terutama
di wilayah perkotaan.
Mudah-mudahan skala Desa dan Kota mampu
Bertahan.
Sekian, Terima kasih...
-Dr. Chaterina A. Paulus, M.Si-
Comments
Post a Comment